Friday, November 6, 2015

dampak kabut asap

Dampak Kabut Asap bagi Indonesia

i
Ilustrasi Kabut Asap via beritadaerah.co.id
 
Banyaknya pemberitaan mengenai kabut asap bersaing dengan pemberitaan tragedi Mina. Keduanya memang memiliki kesamaan. Selain frekuensi pemberitaan itu sendiri, kesamaan kabut asap dan tragedi Mina ialah frekuensi kejadian yang hampir terjadi setiap tahun. Juga, keduanya sama-sama bersifat merugikan.
Sebagai kejadian yang merugikan, tentu kabut asap memiliki dampak bervariasi terhadap negara ini. Apa sajakah dampak tersebut? Simak 5 Dampak Kabut Asap bagi Indonesia berikut ini!

1. Infeksi Paru-paru dan Saluran Napas

Kabut Asap RI 
Kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan tidak diragukan lagi menyebabkan banyak kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA. Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bahwa gangguan kesehatan akan lebih mudah terjadi pada orang yang memiliki gangguan paru dan jantung, orang lansia, serta anak-anak.
Tjandra menjelaskan, kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal pada selaput lendir di hidung, di mulut, dan di tenggorokan. Kabut asap juga dapat menyebabkan reaksi alergi, peradangan, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Yang paling berat adalah terjadi pneumonia.
"Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi juga berkurang sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi," jelas Tjandra, Senin (7/9/2015), sebagaimana dilansir Kompas.
Untuk mencegah efek buruk tersebut, Tjandra mengimbau masyarakat yang telah memiliki penyakit kronik dan gangguan pernapasan untuk mengurangi intensitas ke luar ke luar rumah. Selalu gunakan masker yang baik jika berada di luar rumah. Lalu, jangan lupa untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. (Lihat: Cara Melindungi Diri dari Risiko Gangguan Asap Riau)

2. Mengancam Keberlangsungan Berbagai Satwa Liar Dilindungi

 Kabut Asap RI
Di Palembang, kabut asap tidak hanya mengganggu kahidupan manusia, tetapi juga salah satu margasatwa yang dilindungi, yaitu harimau. Jumat lalu, seekor harimau Sumatera seberat 100 kilogram, tinggi 1 meter dengan panjang 2 meter ini menggegerkan warga Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan.
Dalam beberapa minggu terakhir, warga sering mendengar suara harimau yang keluar hutan dan memakan sapi dan kambing milik warga. Harimau ini keluar habitat karena makanannya di dalam hutan sudah banyak yang mati.
Sementara itu, orangutan di Pusat Reintriduksi Palangkaraya, Kalimantan Tengah, juga terkena dampak kabut asap. Menurut data Borneo Orang Utan Survival Foundation, disebutkan bahwa selama Agustus 2015, ada enam ekor bayi orangutan terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sangat parah.
Sedangkan, ratusan orangutan dewasa terancam penyakit airsacculitis yakni infeksi kantong suara. Dampak kabut asap juga membuat pengelola Yayasan Bos Nyaru Menteng Palangkaraya mengurangi waktu sekolah hutan bagi orangutan untuk meminimalisir jumlah orangutan yang terkena ISPA.

3. Kerusakan Lingkungan

Kabut Asap RI 
Selain mempengaruhi kesehatan, dan mengganggu ekosistem bagi satwa liar yang dilindungi, kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan juga dapat menghilangkan keragaman hayati. Kabut asap ternyata juga berdampak lebih luas kepada kehidupan di perairan sekitar.
“Pembakaran biomassa di Indonesia semakin intensif baik frekuensi maupun tinggkat kerusakannya sejak era 1970-an. Di bulan Juni 2013, polusi udara regional di Semenanjung Malaya mencapai rekor tertinggi, dimana kabut menyebar di tiga negara: Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dan menyebabkan negara-negara tersebut berada dalam kondisi siaga,” ungkap penelitian yang dilakukan oleh Zeehan Jaafar dari University of Singapore dan Tse-Lynn Loh dari John G. Shedd Aquarium. Dikutip dari Mongabay, penelitian tersebut dimuat dalam jurnal ilmiah Global Change Biology.
Kendati terus menimbulkan krisis, masalah pembakaran lahan dan kabut asap ini masih terus terjadi. Bahkan, masalah ini semakin besar pada 2015. Tahun lalu, NASA masih merekam ratusan titik api di Sumatera.
Sejumlah dampak terhadap kesehatan, keragaman hayati, dan perekonomian ramai diberitakan oleh media massa. Sayangnya, tak satupun yang membahas dampak kabut asap dan kebakaran hutan ini terhadap ekosistem laut.

4. Angka Kemiskinan Bertambah

Kabut Asap RI 
Perihal dampak satu ini muncul dalam forum diskusi Senator untuk Rakyat di Cikini, Jakarta Pusat. Pada forum tersebut, Pemerintah diminta cepat menangani masalah kabut asap dan kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Jika tidak segera diselesaikan, masalah kabut asap dikhawatirkan semakin mengganggu kondisi perekonomian masyarakat.
"Kalau tidak segera diselesaikan, saya khawatir kabut asap akan menambah angka kemiskinan," ujar Firmanzah,Rektor Universitas Paramadina, Minggu (27/9/2015) sebagaimana dikutip dari Kompas.
Firman memprediksi bahwa angka kemiskinan akan melonjak naik karena terjadi darurat kekeringan yang mengganggu sistem pertanian dan perkebunan. Persoalan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan dinilai ikut berperan dalam capaian ekonomi pada Semester I tahun 2015.

5. Dampak Ekonomi Secara Umum

Kabut Asap RI 
Meski ‘hanya’ berupa asap, bencana satu ini rupanya memiliki dampak ekonomi yang luar biasa. Dampak ekonomi akibat bencana kabut asap yang terjadi di beberapa provinsi di Indonesia pada 2015 bisa melebihi Rp20 triliun. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan bahwa angka itu didasarkan pada data tahun lalu.
Pada tahun lalu, terungkap bahwa kerugian akibat kabut asap yang dihitung selama tiga bulan dari Februari hingga April 2014 di Provinsi Riau mencapai Rp20 triliun. Namun, dari jumlah wilayah yang terkena serta tingkat keparahan kabut asap yang terjadi tahun ini, Sutopo memperkirakan jumlah kerugian kali ini akan lebih besar.
"Ya pasti. Kalau melihat skalanya lebih luas, pasti lebih tinggi (kerugiannya). Pada 2014 terkonsentrasi terutama di Riau, sekarang lebih meluas penyebaran asapnya di Sumatera dan Kalimantan. Saya lagi menghitung ini (kerugiannya)," kata Sutopo.

No comments:

Post a Comment